-->

Workshop Digital Marketing

100 Cerita Perjalanan Ananto: Berwisata ke Sarang Penyamun di Port Arthur, Tasmania


 
          Rasanya seperti back to the past  ketika mengunjungi sebuah daerah yang bernama Port Arthur. Daerah ini terletak di bagian tenggara Pulau Tasmania. Terkenal sebagai tempat pertama untuk membuang para narapidana dari Inggris yang tergolong napi kelas kakap.

         Port Arthur adalah kompleks penjara yang didirikan tahun 1830 yang terdiri dari beberapa bangunan seperti sel-sel penjara, menara pengawas, rumah sakit, rumah komandan dan bangunan-bangunan lainnya. Sedikit bergidik bulu roma ketika menyaksikan sisa-sisa tempat paling angker se-Tasmania itu.
          Didirikan pada tahun 1830 khusus untuk memenjarakan para napi yang katanya kelas berat, tetapi ternyata ada juga napi-napi yang dikirim ke Port Arthur hanya karena mencuri roti. Pada perkembangan berikutnya banyak napi yang akhirnya dibebaskan dan tinggal di sekitar daerah tersebut dengan bekerja membuat kapal, batu bata, paku, sepatu dan pakaian.
          Contohnya John Kerswell, yang dipenjarakan selama 15 tahun ditempat tersebut. Dia dibawa dari Swansea di Inggris tahun 1851 sewaktu ia berumur 28 tahun karena mencuri uang sebesar 10 pound dan 15 shilling. Termasuk salah seorang napi pertama yang dikirim ke penjara Port Arthur untuk bekerja paksa sampai akhirnya ia dibebaskan bersyarat kemudian tinggal di sekitar Port Arthur dan bekerja sebagai tukang batu bata.
          Sedangkan keadaan napi pada waktu itu lebih menyedihkan lagi dimana mereka lebih diisolasi dari dunia luar dari pada sekedar dipenjara secara fisik. Dalam melakukan pekerjaan paksa setiap hari, mereka mengenakan topeng-topeng agar satu sama lain tidak saling mengenal dan bekerja tanpa berbicara. Masih banyak tersisa alat-alat yang digunakan untuk bekerja paksa seperti palu godam, kapak, kereta pengangkut barang dan barang-barang "perlengkapan" napi, seperti rantai borgol, besi-besi pemberat, dll. Semuanya bisa dilihat di salah satu dari bangunan di Port Arthur yang dijadikan museum.
          Sedemikian tragisnya sehingga terjadi beberapa usaha untuk melarikan diri dari neraka Port Arthur. Banyak yang berhasil melarikan diri dengan membajak kapal-kapal Inggris yang melintasi Port Arthur, tapi banyak pula yang tertangkap lagi dan dikirim ke algojo untuk di tembak mati. Tetapi tak sedikit pula yang kembali menjadi masyarakat biasa dan hidup dari pertanian dan peternakan di Tasmania dan di Main Land, Australia.
          Mereka dari dulu sampai saat ini dikenal sebagai bushranger. Mereka sangat dihormati oleh rakyat Australia, bahkan nama-namanya banyak dipakai untuk tempat-tempat wisata. Mengapa demikian? Karena memang sebagian besar penduduk Australia nenek moyangnya ya….para bushranger tadi. Secara historis, rakyat Australia memang kurang menyukai orang-orang pemerintahan dan lebih menjadikan para bushranger  tadi sebagai "pahlawan-pahlawan" mereka.
          Dari besarnya reruntuhan dan sisa-sisa situs Port Arthur tersebut dapat dikatakan bahwa tempat itu dulunya memang ramai oleh narapidana. Dari data yang ada, jumlah keseluruhan narapidana yang dikirim ke Port Arthur sebanyak 164 ribu orang. Sekitar 25 ribu diantaranya napi perempuan, 123 ribu masih single dan rata-rata mereka berusia dibawah 26 tahun.
          Berjalan menyusuri kompleks "wisata penjara" Port Arthur dibutuhkan waktu kira-kirasatu hari untuk dapat melihat semua bagian dari daerah tersebut. Yang bisa dilihat antara lain model penjara yang gelap dan hanya ada satu pemanas ruangan untuk kira-kira 100 napi. Bisa dibayangkan betapa mereka sangat kedinginan apabila musim dingin tiba. Selain itu juga bisa disaksikan berbagai bangunan tua seperti menara penjagaan, gereja, rumah komandan dan kuburan yang terletak di sebuah pulau yang bernama The isle of the dead. Dari tahun 1831 sampai dengan 1877 telah dikuburkan lebih dari 2.000 napi maupun penduduk sipil Port Arthur. Rasanya memang benar-benar di abad ke-18, apalagi dari seberang bangunan yang dulu dipakai sebagai rumah komandan terdengar aluanan alat musik tiup khas Irlandia, yang dimainkan oleh seorang pengamen dengan pakaian khas Irlandia pula.
          Sampai terjadi beberapa kebakaran ditempat-tempat bersejarah tersebut disertai dengan lapuknya beberapa bagian bangunan di makan zaman. Namun berbagai usaha untuk menyelamatkan tempat tersebut terus dilakukan oleh pemerintah negara bagian Tasmania, antara lain dengan ditetapkannya Port Arthur sebagai situs bersejarah dalam perjalanan hidup rakyat Australia sekaligus sebagai tempat wisata penjara.
          Sisa-sisa bangunan itulah sekarang yang masih menyimpan sejuta pesona karena ditangani secara professional oleh lembaga yang berkompeten sehingga setiap tahun turis-turis dari Jepang, Korea, Eropa Amerika dan Negara-negara Asia lainnya mengalir ke tempat tersebut untuk sekedar mengetahui asal muasal bangsa Australia.

0 Response to "100 Cerita Perjalanan Ananto: Berwisata ke Sarang Penyamun di Port Arthur, Tasmania"

Preview Sikit laaah

“unstoppable 7”

7 hal yang perlu dijaga dan tidak boleh diintervensi oleh orang lain and you will be unstoppable, reaching high for your success: 1. Mindset...

Iklan Tengah Atas

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan apa ini....