Weekend at KL
Ya beginilah enaknya jadi pengganguran, setiap weekend malah banyak acara dan kebanyakan adalah jalan-jalan. Setelah last weekend I spent in Sanur Beach, Bali, weekend ini aku jalan-jalan lagi ke KL ya...jalan-jalan aja di Kuala Lumpur.
Tiba di KLIA (Kuala Lumpur International Airport) langsung pesan teksi dan meluncur ke KL dan ternyata Pak Cik teksi driver ambil jalan tol baru ke KL lewat Petaling Jaya (PJ) yang baru dibuka 2 hari yang lalu. Hanya 45 menit dari KLIA ke Hotel Niko, lumayan cepat dan nggak pake macet. Dan pasti Pak Cik ini tak bayar ongkos tol seharga 2.2 ringgit.
Langit cerah tadi malam, dan kumpulan awan putih menyelimuti Menara Petronas ketika rombongan kami sampai di pinggiran KL. Dari ujung jalan tol yang menghubungkan KLIA dengan KL, kami turun dan sampai di tengah kota KL. Menyusuri KL yang sepi pada malam yang masih dini, kami sempatkan untuk ngobrol dengan teksi driver ttg keadaan KL saat ini. Nih teksi driver sangat ramah dan cakap banyak tentang kekinian Malaysia. Dia bilang orang-orang kulit putih sekarang pada takut datang ke Malaysia karena aksi demonstrasi besar-besaran beberapa waktu lalu.
Kami menginap di hotel Nikko Jl. Ampang 165 KL dekat Petronas Tower. Jam 20 waktu KL atau jam 19 WIB sampe di hotel, mandi-mandi trus....makan trus ngobrol2 trus tidur. Ya gitu dech kan kalau di KL sesudah jam 21 malam sudah nggak ada kehidupan, kalau nggak salah masih ada larangan ber-khalwat bagi pasangan yg belum suami istri....hehehe sebenarnya sih nggak bakalan dilarang lha wong rombongan sama-sama laki-laki, tapi males ahhh jalan-jalan malam, nggak rela kalau ditangkap sama RELA. Ngeri....\
Namun semua kini telah reda, Indonesia dan Malaysia damai dan adem-adem ayem saja. Biasanya yang ribut cuma di Indonesia saja sih. Di KL nggak pernah heboh seperti di Indonesia. Mungkin karena di Indonesia diabut isu seakan-akan Malaysia itu merebut kebudayaan Indonesia, padahal mereka adalah bersaudara.
Namun semua kini telah reda, Indonesia dan Malaysia damai dan adem-adem ayem saja. Biasanya yang ribut cuma di Indonesia saja sih. Di KL nggak pernah heboh seperti di Indonesia. Mungkin karena di Indonesia diabut isu seakan-akan Malaysia itu merebut kebudayaan Indonesia, padahal mereka adalah bersaudara.
0 Response to "Weekend at KL"
Post a Comment