-->

Workshop Digital Marketing

Ananto Pratikno: Kesederhanaan Sang Servant Leader


Majalah Human Capital No. 30 - September 2006

Pagi itu, Selasa (23/8) sekitar pukul 07.30, di depan rumah yang luasnya tak lebih dari 180 meter persegi, Ananto Partikno (33) terlihat bersiap-siap. Kemeja putih lengan panjang terlihat rapih menyelimuti tubuhnya yang ramping. Tak terlihat dasi menghiasi lehernya, apa lagi jas, yang terlihat hanya celana panjang hitam yang menemani si kemeja putih tadi. Ia juga tak sedang menenteng tas kulit penyimpan dokumen keluaran merek ternama, tapi pria tiga anak itu terlihat menenteng sebuah helm dengan warna yang telah pudar dengan tangan kanannya. Satu-satunya tas yang menemaninya pagi itu hanya sebuah tas punggung hitam yang terlihat melekat dipunggung.

Sama seperti pagi-pagi yang lain, Executive Director Nielsen Media Research Indonesia menumpang ojek menuju stasiun kereta yang jauhnya sekitar 15 Kilometer dari rumahnya di pinggiran kota Depok, Jawa Barat. Di stasiun inilah, Ananto kemudian berdesak-desakan dengan seribuan penumpang lainnya menumpang KRL Depok Ekspres menuju Stasiun Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Lalu dengan menumpang Metromini atau Kopaja, Ananto pun tiba di kantornya di Gedung Mayapada, Lantai 17, Kawasan Bisnis Sudirman, Jakarta Pusat tepat waktu.

Ketika ditanya seputar rutinitasnya itu, jawaban yang muncul dari mantan Business Development & Strategic Planning Director PT Hotlinetama Sarana ini singkat saja. “Lumayan bisa lebih cepat sampai di kantor, hemat waktu kan?” ucapnya ketika ditemui Anung Prabowo & Aditiyo Wirawan dari Human Capital di ruang kerjanya awal bulan lalu. Tapi bagi 100 orang stafnya, rutinitas itu lebih merupakan cerminan dari sebuah konsep ke sederhaan yang diyakini Ananto. Sebuah konsep hidup yang sama sekali tidak berdampak buruk bagi perjalanan karirnya, tapi justru menuai kepercayaan banyak orang kepada dirinya.

Kesederhanaan itu pula yang memperkuat konsep kepemimpinan yang diterapkan di tempat bekerjanya yang sekarang. Mantan wartawan ini menganggap dirinya sebagai a servant leader. “Pemimpin yang melayani timnya, mereka butuhnya apa, apa yang bisa saya backup dan lain sebagainya,” sambungnya. Konsep kepemimpinan itu dikutipnya dari sebuah buku, In the Mind of the Leader, terbitan Harvard University Press.
“Di situ ada beberapa cakupan bagaimana seorang leader bisa menjadi teladan bagi karyawannya dan juga disenangi oleh klien nya sehingga di internal dia menjadi motivator, fasilitator dari semua permasalahan yang ada di kantor baik masalah marketing, masalah financial, masalah HR, masalah operation dan di luar kita menjadi semacam bisnis partner bagi mereka,” ungkapnya panjang lebar.

Konsep itu tentu perlu diterapkan ke dalam tim yang dipimpinnya. Mujurnya, Ananto mengaku belum menemukan kesulitan ketia ia menerapkan gaya kepemimpinan itu kepada anak buahnya. “Karena intinya adalah komunikasi kepada mereka,” jelasnya. Meski mengaku belum menemukan kesulitan, Ananto menyadari munculnya beberapa kendala dalam penerapan gaya itu. Selain pola komunikasi, kendala lainnya adalah corporate culture yang telah ada sebelumnya dirinya memimpin. “Pemimpin yang lalu kan gayanya beda dengan saya,” katanya.
Pertanyaannya sekarang, mengapa sebuah konsep leadership itu penting bagi seorang Ananto Pratikno? Ia pun menjawabnya dengan lugas, karena menurutnya, leadership memiliki peran yang besar bagi kemajuan sebuah perusahaan. “Keberhasilan suatu perusahaan kan tidak hanya diukur oleh target sale yang harus dicapai, tapi juga harus diukur oleh kepuasan karyawan dan kepuasan klien, nah yang itu memerlukan apa itu yang disebut dengan leadership,” terang lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan Universitas Lampung ini lagi.

Menurutnya, dirinya punya beberapa tugas utama yang harus dipenuhinya. Tugas utama itu, mencapai target yang sudah digariskan perusahaan, mampu memberikan kepuasan kepada para klien, menciptakan komunikasi yang bagus antara manajemen dengan karyawan dan menyiapkan orang-orang yang mampu menjadi pemimpin. “Nah untuk melaksanakan tugas itu, dibutuhkan kemampuan seorang leader,” terangnya. Seorang leader itu harus bisa memotivasi dan memberikan inspirasi kepada timnya sehingga bisa menjadikan suasana kerja yang menyenangkan.

Kalau sudah begitu, yang dilakukan Ananto dengan hati-hati adalah meng-upgrade attitude, skill dan knowledge. Hasilnya, Ananto mengaku puas dengan kinerja timnya. “Sampai saat ini Alhamdulillah beberapa target-target financial commitment kita beberapa sudah tercapai,” akunya.
Sumber: Majalah Human Capital No. 30 September 2006

0 Response to "Ananto Pratikno: Kesederhanaan Sang Servant Leader"

Preview Sikit laaah

Komunikasi Politisi yang Berdampak, seperti baliho-baliho ini tapi...

  Top Funnel = Reputasi/Inspirasi/Ambil Hati 90%. Middle Funnel = How To/Edukasi/Evaluasi 60% Bottom Funnel = Closing/Konversi 20%  Increase...

Iklan Tengah Atas

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan apa ini....